Wednesday, May 27, 2009

FILM VIRGIN 2 BUKAN FILM PORNO

FILM VIRGIN 2 Produksi
PT Kharisma Starvision Plus & Indie Picture Productions

Pemain
Joanna Alexandra, Christina Santika, Wichita Satari, Smitha Anjani, Neyna Lisa Bartlett, Yama Carlos

Special Appearance by
Ramon Y Tungka

Sutradara
Nayato Fio Nuala

Release Date
28 Mei 2009


From Innocence to brutality

Butuh waktu lebih dari 3 tahun bagi starvision untuk membuat film tentang kehidupan remaja gaul yang tak selalu indah, sering kali malah penuh dengan dinamika yang mengoyak kehormatannya, bahkan merenggut kehidupannya. Setelah sukses dengan VIRGIN Ketika Keperawanan Dipertanyakan sehingga menjadi film terlaris di tahun 2005. walupun menuai kontroversi, pada akhirnya pesan yang disampaikan film tersebut mendapatkan pujian. Karena mengangkat tema dari realita yang tengah berkembang di masyarakat, dirasakan perlu. Apalagi tentang dunia gaul remaja yang dianggap sebagai trend, bahkan lifestlye, tontonan film untuk bekal antisipasi. Bukankah film juga mempunyai fungsi sebagai media informasi disamping hiburan? Sensitifnya remaja dalam kondisi psikologis yang labil untuk menafsirkan arti kemandirian, dibarengi berbagai godaan dalam pergaulannya sering kali membuat sebagian dari mereka menjadi korban, apakah itu korban narkoba, atau bahkan prostitusi dibawah umur. Apakah sepenuhnya para remaja yang kurang beruntung ini bersalah, atau justru mereka tergelincir akibat lingkungan, ataukah hal ini disebabkan keluarganya tidak ’memberi ruang’ bagi mereka. Berbagai media akhir-akhir ini mengangkat berita tentang remaja trafficking, juga merebaknya fenomena prostitusi remaja dibawah umur. Kehidupan kelam ini belum tentu pilihan mereka, dan biasanya ’Lingkungan rusak’ ini sangat dekat dengan narkoba sungguh memprihatinkan.

Karena itu dirasakan perlu untuk membuat ilustrasi, melalui sebuah film yang diadapasti dari kisah nyata, akhirnya VIRGIN 2 Bukan Film Porno dibuat. Penekanan tagline Bukan Film Porno dirasakan perlu, agar tidak terlalu cepat menafsirkan pesan yang ingin disampaikan film ini, karena bukan bagian pornografi yang diusung film ini, tetapi realita tragis dari 4 cewek yang berusia dari 14 sampai 19 tahun dalam menjalani hidup yang bukan pilihannya. Karena bagi mereka apabila masih ada pilihan, mereka memilih untuk ’tidak pernah dilahirkan...’

Film ini dikerjakan dengan apik dalam pendekatan design produksi yang menampilkan visual retro, sehingga saat memasuki detail-deatil kehidupan remaja yang penuh dinamika, terekam natural dan indah, walupun bisa jadi sangat suram dan mengiriskan dalam kehingar bingarannya. Semua konsep secara padu oleh Nayato Fio Nuala yang menjadi sutradara sekaligus penata kamera. Gaya penyutradaraan Nayato dengan style ala Wong Kar Wai berhasil mengeksplorasi secara maksimal emosi pemain-pemainnya dalam pergaulan dunia malam, sehingga hampir setiap scene disuguhkan dengan perkembangan ceritera cepat dalam gambar yang memanjakan mata, tetapi membuat kita di sisi haru yang dramatis. Nayato, untuk film ini menyajikan konsep yang pantas jadi genre baru, gaya visual dan penceriteraannya sangat dekat dengan style remaja gaul perkotaan. Setting film ini selalu basah dan hujan, hampir sebagian besar gambar diambil di kota Bandung, juga Bogor dan sekitarnya. Pendekatan ’indie’ dalam produksinya sangat dominan, karena Starvision melabel film ini sebagai Indie Pictures Productions. Untuk musik film ini dipercayakan kepada Tya Subiakto, agar feminisme yang diusung ceritera ini lebih mendalam.

This was not their choice, because they had no choice

Nadya (Joanna Alexandra), Mitha (Smitha Anjani) dan Raymond (Ramon Y Tungka) bersahabat sejak SMA, tetapi mereka bukanlah remaja yang punya ‘pegangan yang kuat’, mereka datang dari keluarga yang kurang harmonis, ibarat daun meranggas, mudah terlepas dari pohonnya. Sehingga, Raymond dipenjara karena kasus narkoba, dan meninggalkan Nadya yang mengandung benihnya. Sedangkan Mitha yang awalnya jadi pelindung Nadya, malah terperosok cengkraman narkoba yang keji dan biadab, sehingga barang haram yang awalnya menawarkan kamuflase kesenangan, menjeratnya habis-habisan, hingga dia mengalami penganiyaan karena hutangnya ke BD. Nadya harus menyelamatkan Mitha, apakah uang hasil kerjanya sebagai Disc Jockey mencukupi? Atau, dia harus ambil jalan pintas.

Di sisi lain ada Kenny (Neyna Lisa Barlett) yang mencoba mengakhiri hidupnya karena broken home, Kenny bersahabat dengan Tina (Christina Santika) yang terusir oleh ibunya (Inong) karena pacar ibunya yang mencoba mencumbu Tina, melemparkan tuduhan bahwa Tina lah yang menggodanya. Apakah jadinya bila seorang ibu lebih tega mengusir anaknya, agar kesenangannya tidak terganggu? Apa akibatnya bagi Tina? Tina terusir dari rumahnya, dan harus jadi gelandangan. Saat Tina bertemuddengan Steffie (Wichita Satari) yang membagi kamar di apartemennya, seakan Steffie menjadi dewi penyelamat, padahal cewek gaul rusak yang mengukur segalanya dengan uang, dan bagi Steffie ’moral’ adalah kata yang sudah jadul. Hancurlah Tina, dia diumpankan ke Yama, hingga diperkosa, kemudian diajak Yama ke klien-kliennya. Tina behasil kabur, dan bertemu Nadya.

Kini Tina dan Nadya harus melawan dunia yang semakin gelap dalam kerlap-kerlip lampu neon sign yang mengiurkan. Mereka harus mencari uang untuk menyelamatkan Mitha. Film VIRGIN 2 Bukan Porno adalah sequel VIRGIN tentang berubahnya kepolosan dan ketidak berdayaan remaja yang inosen akibat keadaan.








Reply With Quote

No comments:

Post a Comment